Kartun Orang Aceh

Maracu pada dasarnya adalah ukiran benang emas yang berbentuk segitiga, menggambarkan daerah Aceh berbentuk segitiga yang menunjukkan pusat pemerintahan Aceh di masa lalu yaitu Indrapurwa, Indrapatra, dan Indrapuri atau dalam bahasa Aceh dikenal istilah lhee sago. Dalam pandangan adat, maracu dipasang menurut kebutuhan. Bila dipasang sembilan maracu yang disebut Tunggang Baliak (posisi bolak-balik), maka adat yang dijalankan harus lengkap sebagaimana telah diatur oleh tuha peut dan tuha lapan, mengundang dan menjamu tujuh orang keuchik serta mengundang seluruh masyarakat gampong setempat dan menyembelih kerbau untuk kenduri. Dahulu upacara dengan adat lengkap hanya dilakukan oleh kaum bangsawan, akan tetapi saat ini sudah dilaksanakan oleh masyarakat umum. Ada indikasi bahwa upacara seperti ini dianggap dapat menaikkan derajat atau kehormatan keluarga di mata masyarakat; semakin besar kenduri dilaksanakan maka semakin terpandang keluarga tersebut. Inilah yang membuat masyarakat salah kaprah terhadap wujud budayanya. Sembilan adalah simbol kebesaran Aceh, terinspirasi dari cap sikureung, stempel Kerajaan Aceh Darussalam. Dahulu terdapat 9 kerajaan besar dan kecil di Aceh. Sembilan meracu juga menunjukkan ada 9 orang raja di Aceh yang berpengaruh waktu itu serta mereka menggunakan cap seukeurueng dalam menulis surat-surat yang berkaitan dengan kerajaan.

[Karang Baru | Muhammad Sofyan] Dalam sebuah hadits Nabi SAW menyebutkan bahwa Allah menghias surga dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan” demikian Drs. M. Yusuf Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah mengawali tausiyahnya di Masjid Baitul Falah Seunebok Aceh Kec. Bendahara pada Sabtu (27/6) malam.

Selanjutnya M.Yusuf dalam ceramahnya yang berdurasi 17 menit sembilan detik itu menyebutkan bahwa ada 4 golongan yang selalu dirindukan oleh surga.

Petama; Orang yang berpuasa dalam bulan Ramadhan. “Dalam berdo’a kita selalu memohon kepada Allah untuk memberikan kepada kita kehidupan yang hasanah di dunia dan hasanah di akhirat. Hasanah di dunia adalah hidup dalam ketaatan dan hasanah di akhirat adalah dimasukkan Allah ke dalam surga-Nya tanpa proses masuk neraka terlebih dahulu.

Dan salah satu jalan untuk itu adalah dengan berpuasa dengan iman dan ikhlas karena Allah dalam bulan Ramadhan ini” ujar beliau.

Kedua; adalah orang yang selalu membaca Al-Qur-an. Oleh karena itu mari kita manfaatkan kesempatan bulan ramadhan ini untuk melatih diri kita selalu membaca Al-Qur-an, ujarnya lebih lanjut. Ketiga; adalah orang-orang yang memberikan makan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka  (tentu saja pada saat tibanya waktu untuk berbuka).

Dan yang keempat adalah orang-orang yang selalu memelihara lisannya. Dalam bulan ramadhan ini hendaklah kita mengurangi banyak bicara dan memberikan kesempatan kepada hati yang berbicara. Orang yang terlalu banyak bicara hatinya akan keras karena tak pernah diberikan kesempatan untuk berbicara.

Acara Safari Ramadhan ini di akhiri dengan penyerahan bantuan untuk pembangunan Masjid  oleh Zakaria, S. Ag. Kasi Bimas Islam kepada Imam/Khatib Masjid Baitul Falah sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) secara simbolis. Uang tersebut telah ditransfer langsung ke rekening Bendahara Masjid Tersebut. Dan Zakaria menyampaikan pesan agar uang tersebut hanya digunakan untuk pembangunan Masjid tidak untuk yang lainnya. [yyy]

©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.